Ternyata
Dia……
Sore itu aku dikejutkan dengan
kemunculan seorang wanita di rumahku. Dia adalah orang yang selama ini selalu
berkomunikasi denganku lewat SMS, telepon dan lewat jejaring sosial lainnya.
Aku belum pernah bertemu dengannya, tapi pertemanan kami sudah hampir tujuh
tahun belakangan. Dia ada di kota A sementara aku ada di kota T, lumayan jauh.
Jika ditempuh dengan perjalanan darat menghabiskan waktu sekitar 17 jam.
Hmm…, betapa bahagianya aku, karena
sudah bertahun-tahun kami merencanakan pertemuan itu. Dia teman di dalam suka
dukaku dan teman suka cita, tidak ada yang kami sembunyikan dalam obrolan
selama ini, kami seakan telah menjadi teman sejak dilahirkan ke dunia ini, dan
kini bertemu.
Dia telah berdiri di teras rumahku, aku
tersenyum padanya tak peduli dengan perban kecil di keningnya, sama tak
pedulinya aku dengan seorang pria yang berdiri di sebelahnya. Terakhir aku
SMS-an sama dia sekitar 3 jam yang lalu.
“Kamu
jgn khawatir asti, aku tlah menyimpan almtmu dengan lngkap di hpku, aku tdk
akan nyasar, prcya deh. Oke, bbrpa jam lg aku akan muncul di rmhmu. Jgn lp, km
sdh janji mengajak aku jln2 n menikmati mkanan khas daerah km..”
“Siiiplah,
pokoknya kt akan jln2 kmnpun km mau. Aku sdh tdk sabar, smg tdk ada hlangan di
jln ya, amin”
Itulah esemes terakhirku, dan aku sangat
yakin kalau temanku itu akan sampai ke rumahku tanpa harus nyasar kemana-mana,
sebab rumahku memang gampang dicari, dan memang betul, sekarang ia menatapku,
tanpa senyum bahagia bahkan matanya seakan bertanya-tanya, tapi aku tidak
peduli dan langsung memeluk sahabatku itu. Aneh aku rasa, karena sahabat yang
aku bayangkan selama ini, sayang sama aku dan bila bertemu akan melonjak
kegirangan dan memelukku erat, tapi kenyataannya tidak seperti itu. Pelukkanku
pun tidak ia balas, keanehan itu terjawab setelah pria paruh baya di sebelah
kami mengeluarkan suaranya.
“Dek, sekarang teman kamu sudah sampai
di sini, saya hanya mengantarnya kemari. Kecelakaan bus itu banyak menelan
korban dan teman kamu ini tadinya kami bawa ke rumah sakit, dia datang dari
jauh, setelah kami tanya ia tidak tahu kemana harus pulang, dan dia hanya memperlihatkan ponselnya pada kami,
makanya kami antar ke sini. Dia hilang ingatan karena kecelakaan bus tadi
siang. Beruntung dia selamat.”
‘Apaa………… dia hilang ingatan????’
Aku melepaskan pelukanku, tidak tahu apa
yang harus aku katakan pada pria paruh baya yang baik hati itu, yang telah
mengantar sahabtatku. Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih, dan suaraku
rasanya menghilang di tenggorokanku. Pria itu telah pergi, kini aku kembali
menatap Dini. Kulihat senyumnya sedikit mengembang, dan itu semakin jelas di mataku
kalau dia benar-benar menganggap aku orang asing. Tidak ada tawa bahagia,
seperti di teleponnya selama ini, tidak ada keceriaan yang selama ini selalu
mampu menepis keluh kesahku. Kini ia melihatku tak lebih dari orang asing, dan
aku tidak tahu dari mana harus memulai, dan satu hal yang ada di otakku saat
itu. Dia habis kecelakaan, kepalanya terbentur mungkin sangat keras hingga
membuatnya bisa melupakan aku. Aku benci dengan bus yang telah menghilangkan
mimpiku untuk bersenang-senang dengan temanku, tapi aku harus bersyukur karena
ia tidak sampai merenggut nyawa temanku, jika itu terjadi…. Aku tidak tahu
sumpah serapah apa yang aku lontarkan pada dunia.
Aku kembali memeluk sahabatku, dan yang
pasti akan membawanya istirahat, setelah itu… entahlah, aku tidak tahu apa yang
harus aku lakukan? Hilang semua apa yang telah aku rencanakan beberapa hari
ini.
Meskipun ia telah hilang ingatan, namun
ia tetaplah sahabat terbaikku. Semoga ia cepat sembuh.. karena aku rindu dengan
candaannya selama ini…>>>
*******