Sabtu, 21 April 2012

Cerpen


                                                Ternyata Dia……
       Sore itu aku dikejutkan dengan kemunculan seorang wanita di rumahku. Dia adalah orang yang selama ini selalu berkomunikasi denganku lewat SMS, telepon dan lewat jejaring sosial lainnya. Aku belum pernah bertemu dengannya, tapi pertemanan kami sudah hampir tujuh tahun belakangan. Dia ada di kota A sementara aku ada di kota T, lumayan jauh. Jika ditempuh dengan perjalanan darat menghabiskan waktu sekitar 17 jam.

       Hmm…, betapa bahagianya aku, karena sudah bertahun-tahun kami merencanakan pertemuan itu. Dia teman di dalam suka dukaku dan teman suka cita, tidak ada yang kami sembunyikan dalam obrolan selama ini, kami seakan telah menjadi teman sejak dilahirkan ke dunia ini, dan kini bertemu.

       Dia telah berdiri di teras rumahku, aku tersenyum padanya tak peduli dengan perban kecil di keningnya, sama tak pedulinya aku dengan seorang pria yang berdiri di sebelahnya. Terakhir aku SMS-an sama dia sekitar 3 jam yang lalu.
       “Kamu jgn khawatir asti, aku tlah menyimpan almtmu dengan lngkap di hpku, aku tdk akan nyasar, prcya deh. Oke, bbrpa jam lg aku akan muncul di rmhmu. Jgn lp, km sdh janji mengajak aku jln2 n menikmati mkanan khas daerah km..”
       “Siiiplah, pokoknya kt akan jln2 kmnpun km mau. Aku sdh tdk sabar, smg tdk ada hlangan di jln ya, amin”
       Itulah esemes terakhirku, dan aku sangat yakin kalau temanku itu akan sampai ke rumahku tanpa harus nyasar kemana-mana, sebab rumahku memang gampang dicari, dan memang betul, sekarang ia menatapku, tanpa senyum bahagia bahkan matanya seakan bertanya-tanya, tapi aku tidak peduli dan langsung memeluk sahabatku itu. Aneh aku rasa, karena sahabat yang aku bayangkan selama ini, sayang sama aku dan bila bertemu akan melonjak kegirangan dan memelukku erat, tapi kenyataannya tidak seperti itu. Pelukkanku pun tidak ia balas, keanehan itu terjawab setelah pria paruh baya di sebelah kami mengeluarkan suaranya.

       “Dek, sekarang teman kamu sudah sampai di sini, saya hanya mengantarnya kemari. Kecelakaan bus itu banyak menelan korban dan teman kamu ini tadinya kami bawa ke rumah sakit, dia datang dari jauh, setelah kami tanya ia tidak tahu kemana harus pulang, dan dia  hanya memperlihatkan ponselnya pada kami, makanya kami antar ke sini. Dia hilang ingatan karena kecelakaan bus tadi siang. Beruntung dia selamat.”
       ‘Apaa………… dia hilang ingatan????’
       Aku melepaskan pelukanku, tidak tahu apa yang harus aku katakan pada pria paruh baya yang baik hati itu, yang telah mengantar sahabtatku. Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih, dan suaraku rasanya menghilang di tenggorokanku. Pria itu telah pergi, kini aku kembali menatap Dini. Kulihat senyumnya sedikit mengembang, dan itu semakin jelas di mataku kalau dia benar-benar menganggap aku orang asing. Tidak ada tawa bahagia, seperti di teleponnya selama ini, tidak ada keceriaan yang selama ini selalu mampu menepis keluh kesahku. Kini ia melihatku tak lebih dari orang asing, dan aku tidak tahu dari mana harus memulai, dan satu hal yang ada di otakku saat itu. Dia habis kecelakaan, kepalanya terbentur mungkin sangat keras hingga membuatnya bisa melupakan aku. Aku benci dengan bus yang telah menghilangkan mimpiku untuk bersenang-senang dengan temanku, tapi aku harus bersyukur karena ia tidak sampai merenggut nyawa temanku, jika itu terjadi…. Aku tidak tahu sumpah serapah apa yang aku lontarkan pada dunia.

       Aku kembali memeluk sahabatku, dan yang pasti akan membawanya istirahat, setelah itu… entahlah, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan? Hilang semua apa yang telah aku rencanakan beberapa hari ini.
       Meskipun ia telah hilang ingatan, namun ia tetaplah sahabat terbaikku. Semoga ia cepat sembuh.. karena aku rindu dengan candaannya selama ini…>>>
                                                                     *******