Minggu, 22 April 2012

NOVEL 'DOTP'


        DEBURAN OMBAK DI TEPI PANTAI

                                  ***

           Gelombang ada di tengah samudra,
           Sang angin menggiringnya ke tepian.
           Hingga terhempas di pasir.

    Sebelumnya menciptakan gulungan indah… 
    yang menakjubkan.
    Setelah ombak pecah pun….

                    ia masih menciptakan garis-garis cinta di atas pasir.
                    Setiap deburan ombak mengumpamakan cinta….

            Adakah yang mampu menghentikan deburan itu….???
           Wahai kau cinta ……, kau tak terlihat  tetapi bisa di rasa….,
           Kau tidak di perjual belikan tetapi harga mu tak ternilai..
           Kau tidak pernah mati meski Bumi luluh lantak
 
                      Kau tak di cari tetapi kau akan datang….
                      Kau bisa mewarnai hati tapi kau juga akan menghancur leburkan hati.
                       Ada dendam karna ada kau…..
                               Ada luka juga  karna ada kau…….

    Ada tawa dan air mata juga karna kau….dimana dan siapa kau…!!!
    Ternyata keberadaan mu tak lebih dari sekedar rasa….!!!!!
     Rasa takut karna memiliki mu. Rasa bersalah, rasa bangga dan semua rasa di..
           benak serta pikiran….juga hatisemua karna kamu….!!!!
                                                        ***

CINTA UNTUK LUKA, MANIS UNTUK PAHIT, SESAAT UNTUK SELAMANYA    DAN….,   MEMBERI UNTUK KEHILANGAN……
                                                              ***
                                 DEBURAN
                                   OMBAK
                                               DI
                                                    TEPI
                                                             PANTAI
                                                                                      
           Riana adalah seorang guru bidang study Bahasa Indonesia di SMU swasta Jakarta, memiliki
perawakan yang menarik dengan fostur 172 cm, ideal dengan rambut  hitam sebahu, wajah oval, gigi putih dan berginsul menambah pemanis senyumnya. Usianya 27 tahun kini.
Dengan status single, ramah juga di kenal dekat dengan murid-muridnya. Tinggal sendirian di tempat kost dengan jarak lebih kurang 1 km dari gedung Sekolah tempatnya mengajar.
           Pagi itu pukul 05.15 seperti biasanya Riana bangun, ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, setelah selesai sholat, bikin kopi instans kemudian nasi goreng dengan bumbu instans pula, lalu mandi. Setelah itu menikmati sarapan paginya di depan televisi. Seorang penyiar cantik dan smart membaca berita ulang tayangan keganasan gelombang Tsunami di Aceh yang nyaris meratakan Banda Aceh tepat tanggal 26 desember 2004, kejadian itu nyaris 7 tahun yang lalu, namun dahsyatnya tidak akan terlupakan oleh seluruh rakyat Indonesia, khususnya warga Aceh sendiri.. Dengan perkiraan menewaskan delapan puluh ribuaan warga Aceh dan Sumatera Utara.  ‘Apakah Alam sudah enggan bersahabat dengan Manusia ?’ Bathin Riana.
           Riana beranjak dari depan televisi, ia menuju kamar mandi untuk mengosok gigi lagi kemudian dandan ala kadarnya. Riana mengenakan lengan pendek dan rok warna krem. Riana meraih tas, sepatunya dan terakhir mengunci pintu kontrakannya. Ia keluar melewati gang kecil dan menunggu angkot.
         Riana masuk pelajaran jam pertama di kelas 3B, ada 35 siswa 15 pria dan 20 wanita. Kemaren di ruang guru  ia sempat mendengar bahwa di kelas itu akan kedatangan murid baru dari luar negeri.
           “Pagi, Bu…… “ Suara anak-anak menyambut kedatangan Bu Riana.
           “Pagi………..” Seperti biasa pula ia menjawab sembari berjalan ke arah mejanya.
Seorang murid yang duduk paling pojok belakang menatap Riana dengan penuh simpati, kagum bahkan merasa jatuh cinta dengan sosok wanita yang berdiri di depan kelas itu, Gila !!!
Riana mengambil buku absen.
           “Apa ada yang tidak masuk hari ini?“
           “Ada Bu …ehh maksud saya ada murid baru, Bu…“ jawab ketua kelas, seorang wanita.
           Riana merasa bersyukur setiap mata pelajarannya jarang ada murid yang absen. Sekilas ia menyapu pandang ke wajah murid-muridnya, detik berikutnya seorang murid yang paling pojok berdiri lalu memberi anggukan kecil.
           “Selamat pagi Bu…  “
           Bisa Riana tebak fostur anak itu di atas 180 dengan rambut cepak, menawan juga atletis.“Pagi…“
           “Apa saya perlu ke depan untuk memperkenalkan nama saya ?“ Tanya anak itu dengan sopan sekali.
           “Tidak perlu, cukup dari sana saja.“ Riana menyandar di tepi mejanya.
           “Nama saya Jagat, pindahan dari….. “
           “Katanya sih pindahan dari negeri paman Sam.“ suara anak perempuan nyeletuk. Riana melirik ke arah anak itu sekilas lalu kembali ke Jagat. Anak-anak riuh.
           “Duduklah. Selamat datang di sekolah ini.“ Riana merasa tidak perlu membuang-buang waktu di jam pelajarannya. Uruasan Jagat berasal dari Negara mana pun tidak begitu penting. Riana mengajar dengan santai, tegas terkadang di selingi dengan candaan ringan. Hampir semua murid menyukai Riana karena cara mengajar Riana tidak membosankan.
           Harin pertama Jagat bertemu Riana membuatnya tidak mampu konsentrasi untuk menyerap ilmu yang di berikan karena sibuk mengamati setiap gerakan Riana. Jantungnya berdebar aneh setiap kali melihat mata indah milik Riana. Jam istirahat Jagat bertanya tentang Bu Riana kepada teman sebangkunya. Yang bernama Boby.
           “Lo naksir bu Riana, ya? “
           “Huussstt… “ Jagat memegang mulut Boby teman sebangkunya itu lalu menatap sekeliling, untung seisi kelas sudah keluar “ Bicaranya pelan-pelan kenapa.”
           “Sorry bro…habis dari tadi gue ngeliat lo ngga ngikutin pelajaran. Bu Riana itu tidak pernah kompromi lho dalam urusan nilai. Hati-hati aja Lo.“ Boby tertawa. Jagat tersenyum dan Boby tidak tahu apa arti senyum itu.
           “Oke, gue ke belakang dulu ya.“ Jagat meninggalkan Boby yang bengong kayak sapi ompong. Jagat menyusuri teras sekolah mencari ruang guru untuk bertemu Riana. Dia ingin mengatan sesuatu yang baik karna yang baik tidak boleh di tunda. Itu Motto Jagat. Ia mengetuk pintu ruang guru yang sedikit terbuka.
           “Permisi Pak.“ Sapa Jagat setelah seorang guru menoleh ke arahnya.
           “Mencari siapa? “
           “Bu Riana.“
           “O, ya terus aja..ada di meja nomor 7.”
           “Terima kasih pak.“ Jagat melewati guru yang berusia sekitar empat puluhan itu. Ia melewati meja yang di batasi rak buku. Setelah tiba di meja nomor 7 dia terpaku sesaat untuk menatap Riana.yang sedang membaca sesuatu. Menyadari ada yang muncul Riana mengangkat wajahnya dan mendapatkan Jagat sudah berdiri di seberang mejanya, menatapnya seraya tersenyum.
           “Siang Bu….“
           “Siang, ada apa? silahkan duduk.“
Jagat menarik kursi di sampingnya lalu duduk di sertai tarikan napas panjang.
           “Ada perlu apa?“
           “Mmm….saya, saya menyukai Bu Riana.“ ujar Jagat bak Pangeran mengucapkan cinta kepada sang Putri. Kedua alis Riana bertaut, ia menyimak wajah Jagat setengah bingung. “Saya jatuh cinta sama kamu, saya mencintai kamu Riana.“ Tambah Jagat dengan menyebut nama Riana tanpa awalan ‘Bu’ Riana tak kuasa menahan tawanya. Ia geleng-geleng kepala sambil tersenyum kecil.
           “Terima kasih Nak, ibu menghargai kata-katamu. Sekarang kembalilah ke kelas.“
           Jagat berdiri, ia menatap Riana begitu dekat lalu berkata pelan. “Saya sangat sungguh-sungguh dengan ucapan saya.“ Setelah berkata seperti itu ia pun meninggalkan ruang guru, meninggalkan Riana yang kebingungan.
           ‘Ya Tuhan mimpi apa aku semalam? Siang-siang begini ada murid yang mengatakan perasaannya, di ruang guru lagi. Benar-benar aneh.‘ Riana menghela napas kemudian tersenyum.
Setelah kembali ke kelas Jagat menarik napas lega. Beberapa siswi menghampirinya untuk ngobrol lebih dekat tetapi sayangnya yang ada di pikiran Jagat cuma Riana. Riana di matanya adalah sosok wanita sempurna.
           Usai pelajaran sekolah Jagat gelisah menunggu datangnya sang malam. Dia sudah mengetahui tempat tinggal Riana. Kini ia sibuk mematut dirinya di depan cermin, perasaanya tidak menentu. Dia mengenakan kemeja putih dengan garis-garis hitam, lengan panjang yang di gulung sedikit. Berkali-kali ia menarik mapas panjang. ..’Riana, tak pernah ku duga setelah pindah kesini akan bertemu dengan wanita seperti kamu, kau wanita yang luar biasa, Aku belum pernah jatuh cinta seperti ini.‘
           Jagat memarkir mobilnya di tepi jalan. Dia berjalan di gang menuju kosan Riana. Jarum jam di tangannya menunjukun angka 7. Sejenak ia berhenti di depan rumah mungil itu. Pintu pagarnya tertutup rapat. Lampu teras berwarna hijau. Di teras ada sepasang kursi  dan meja kecil. Di sampingnya ada satu pot bunga suplir yang lebat dan sangat indah.
Jagat melewati pagar dan mengetuk pintu setelah menghela napas berat, lingkungan sekitar tampak sepi. Tenang dan nyaman. Pintu terbuka setelah ketukan ketiga. Spontan Riana tertegun saat mendapati Jagat telah berdiri di depan pintunya. Pria itu sama sekali tidak terlihat seperti siswa SMU kelas 3.Riana mengenakan celana selutut dan kaos T-shirt.
           “Selamat malam.“
           “Jagat ???“ Riana agak bingung karena Jagat datang sendirian “Ada apa kamu kesini ?“
           “Kenapa, tidak pantas ya? Apa perlu aku mengajak anak-anak yang lain supaya  terlihat seperti sedang belajar kelompok begitu ?“
Riana menghela napas panjang.
           “Masuklah, kita bicara di dalam.“ Riana tidak punya pilihan. Jagat tersenyum dan melangkah masuk “Silahkan duduk.”
           “Terima kasih.“
Riana duduk di depan Jagat, ia menatap anak itu.
           “Tidak seharusnya kamu berada disini.“ Katanya mengingat kejadian tadi siang “Ini tidak benar, jika ada perlu kamu bisa menemui ibu di sekolah.“
           “Maaf Rian, sebutan ibu cuma berlaku di sekolah. “
           “Maksud kamu apa…?“
Jagat menatap Riana. Dia yakin Riana tidak lupa dengan pengakuan cintanya tadi siang. Tapi Riana tak mau anggap hal itu penting.
           “Aku mencintai seorang gadis, keberadaan ku disini karena aku sudah memastikan karena gadis itu sedang tidak ada hubungan istimewa dengan pria lain. Teman pria memang ada tapi bukan pacar. Aku kesini ingin menjadi pacarmu, Rian.“
           Riana tersenyum tipis dan berusaha bijaksana.
           “Kamu itu tau apa ? Sebaiknya kamu segera pulang karena ini bukan malam liburan bagi anak sekolah. Kasian kedua orang tua kamu.“
           “Rian…” Jagat pindah ke samping Riana dan memegang tangannya membuat Riana tersentak. Riana berdiri untuk menghindari tamgan Jagat. Jagat ikut berdiri tepat di depan wajah Riana “Kalau aku sudah mencintai seseorang maka akan terus begitu.“
Riana berjalan ke pintu lalu membukanya.
            “Pulanglah, besok pagi ibu kira pikiranmu akan berubah jernih.“
           “Tidak“ Jagat menggeleng.
           “Berapa usia kamu.?“
           “Tujuh belas tahun.“
           “Kamu tau berapa usia ibu ?“
           “Aku tidak butuh usia mu tetapi aku butuh cintamu.“
           “Tetepi cinta ku ada bersama usia ku. Tahun depan aku berusia dua puluh delapan tahun. Sekali lagi aku mohon pulanglah.“
           “Baiklah, tapi kepulanganku tidak berarti aku menyerah justru karena aku mencintaimu.“ Jagat menarik napas dalam-dalam “Jaga diri mu Rian…” Pemuda itu menatap Riana tapi Riana mengisyaratkan agar Jagat segera pulang.
Jagat berbalik dan melangkah dengan enggan, lagi-lagi Riana tersenyum.
           ‘Pemuda aneh, baru pindah dan baru juga kenal tapi sudah berani mengatakan kata-kata ajaib itu. Kalau aku siswi SMU kelas 3 pasti ini hal biasa. Tapi aku seorang guru yang mengajar di kelasnya. Dunia akan mentertawaiku.‘
           Keesokannya, Riana datang ke sekolah seperti biasanya. Adam adalah seorang guru bidang study Bahasa Inggris yang sudah akrab dengan Riana sejak pertama Riana muncul di sekolah tersebut. Dia salah satu guru pria single dari 5 guru single lainnya. Pertemanan Riana – Adam sudah hampir 5 tahun. Mereka sudah saling terbuka. Saling percaya dengan hal-hal pribadi. Di antara guru banyak mengira kalau mereka pacaran, karena bukan tanpa alasan, selain serasi mereka terlihat begitu cocok, akrab dan sering pergi bersama. Seperti hari ini, Adam dan Riana keluar kelas dan menuju ruang guru berama. Pemandangan itu tak luput dari pengamatan Jagat. Dengan berlari-lari kecil Jagat menyusul mereka. Ia berhenti di depan mereka, Adam dan Riana menghentikan langkah.
           “Ada apa Jagat…?“ Tanya Adam. Jagat terengah-engah dan mengatur napasnya sesaat
           “Maaf Pak saya ada perlu dengan bu Riana sebentar. Saya ingin bertanya tentang tugas yang diberikan kemaren.“
           Adam menatap bu Riana begitupun sebaliknya “Oke, bu Riana saya duluan ya.”
           “Tidak perlu.“ Riana coba menghalangi Adam.
           “Tapi sorry, aku ada perlu sedikit.“ Adam melangkah meninggalkan Riana bersama Jagat. Riana tidak berhasil menahan Adam. Ia mengawasi langkah Adam sejenak lalu menatap Jagat.
           “Maaf Bu, aku tidak bermaksud berbohong tapi…” Jagat ragu-ragu.
           “Sebenarnya ada sih Gat… ?“
           “Mengenai yang semalam.“
           “Jagat, tidak ada yang semalam.“
           “Bu Riana please…, saya menghargai ibu. Ibu tidak mau kan kalau saya memeluk ibu di sini saat ini?“
           “Jagat kendalikan kata-kata mu !“
           “Saya serius bu, karena saya ingin jawaban dari mulut ibu. Apa ibu menerima cinta saya???“
           “Jagaaat….” Boby memanggil Jagat untuk mengajaknya ke Kantin. Jagat menoleh ke Boby yang masih berdiri di depan kelas.
           “Duluan aja…” Jawabnya lalu kembali menatap Riana “ aku akan benar-benar membuktikan kata-kata ku jika ibu masih meragukan aku.“
           “Kata-kata yang mana ? Kamu hanya membuang-buang waktu saja. Temui teman mu sana.“
          “Bu…..”
Riana akan melangkah tapi khawatir Jagat akan mengejarnya dan itu akan mengundang perhatian anak-anak.           
           “Jagat…” Kata Riana pelan.
           “Saya akan peluk ibu jika benar ibu masih meragukan saya.“ Jagat terlihat serius.
           “Nanti kita kita bicara lagi oke,.” Riana meninggalkan Jagat tapi Jagat malah tersenyum seolah mendapat lampu hijau. Dia memandang punggung Riana sesaat kemudian berlari menuju kelas. Keinginan untuk menyusul Boby ia batalkan. Kini Menghampirinya.
           “Hai Jagat…., kok happy banget sih ? Kayak orang baru dapat pacar aja. Nanti malam belajar di Rumah gue yuk !?“
           “Sorry Mil…, gue gak biasa belajar bersama, ntar gak konsen lagi.“
           “Emang waktu di luar lo gak pernah belajar kelompok ?“
           “ Maksud gue,..tidak pernah sama perempuan.” Ujar Jagat. Mila yang genit jadi tersenyum
 “Lo uda punya pacar ?“ Tanya Mila yang masih ingin di samping Jagat. Jagat pun mengangguk pasti. “Cewek seperti apa tipe lo ?“
           “Itu rahasia.“ Jagat tersenyum karena ingatannya melayang ke sosok Riana “ Yang pasti orangnya harus pinrtar dalam segala hal. “
           “Oohh…, begitu  ?“
          “Hmmm… “ Jagat mengangguk lagi. Dia sebenarnya suka dengan oarng yang blak-blakan seperti Mila, tapi hanya sebatas suka. Karena Mila tidak mampu membuat hatinya berdebar imdah seperti saat ia menatap Riana.
           Di ruag guru, Adam menuju meja Riana setelah menghirup kopinya, gadis itu tersenyum
menyambutnya. Adam seorang pria yang selalu membuat Riana bisa tersenyum.
           “Heiapa ada sesuatu yang aku lewatkan ? Murid baru itu ?“
           “Aku sebenarnya ingin sekali cerita tapi kayaknya waktunya belum tepat atau mungkin karna terlalu cepat sampai-sampai aku sendiri merasa tidak yakin, makanya aku belum bisa cerita. “
           “Apa masalahnya serius ?“
           “Bisa iya, bisa juga tidak.“
           “Oke aku tunggu…, ingat kan kalau aku ini sebenarnya adalah pendengar yang baik.“
           ‘Aku tau…, terima kasih ya Dam… “Adam mengangkat kedua bahunya tanda ia akan berlalu, Riana tersenyum. Dia ingat kata-kata Jagat dan merasa yakin anak itu akan memeluknya di depan umum jika saja ia tidak mengatakan akan berbicara lagi. . ‘ Sepertinya anak itu serius. ‘
           Guru pria mrnjalin hubungan asmara dengan siswi itu lumrah alias sah-sah saja tapi jika siswa menjalin hubungan asmara dengan Bu gurunya maka itu bencana! Tidak ada yang bisa menerima hal itu dengan alasan apapun. Riana beranjak dari kursinya. Kehadiran Jagat di sekolah itu  membuat pikirannya sedikit tergganggu. Adam adalah satu-satunya teman dekatnya selama ini. Kejadian apapun yang Riana alami maka Adam lah orang pertama yang tau. Adampun sering berkunjung ke tempat Riana sebaliknya Riana juga kenal baik dengan keluarga Adam. tak jarang mereka sering mengundang Riana makan bersama. Orang tua Adam adalah pengusaha, di ikuti kakak perempuannya. Adam kecil Cuma punya cita-cita menjadi guru dan itu telah ia wujudkan. Keluarga Adam menganut system demokratis.
           Malam berikutnya Jagat kembali datang ke rumah Riana dengan mengenakan kaos putih di padu dengan jeans warna gelap. Mereka sudah duduk di ruang tamu, Riana menyadari kesungguhan pria itu.
           “Kamu sadar nggak, kalau kamu itu masih sekolah? Dan di jam-jam seperti  ini    Semestinya kamu berada di meja belajar atau jangan-jangan semua pelajaran di sekolah ini telah kamu kuasai, atau juga kamu sedang belajar acting untuk peran sebagai siswa SMU kekas 3 “
           “Kenapa kamu tidak bisa menerima aku, apa karena aku masih sekolah dan belum berpenghasilan begitu ?“
           “Jagat…, kalau boleh jujur sebenarnya kita berdua tidak saling mengenal.“
           “Tapi aku kenal siapa kamu, aku tau nomor hp mu juga nomornya. Aku juga tau dimana keluaga besar mu tinggal, aku tau semuanya.
Riana melepas senyum tipis.
           “Jadi maunya kamu apa…?“
           “Aku mencintai segala kekurangan dan kelebihan kamu, mungkin kau anggap ini gila tapi kenyataannya memang begitu. Aku tak akan bisa tenang belajar kalau belum mendapat jawaban dari kamu. Rian aku akan bekerja sambil kuliah jika kau anggap itu kekurangan ku. Aku juga akan berjanji untuk menyelesaikan kuliah ku nanti asalkan kamu bersama ku tapi jika tidak aku tidak tau apa yang akan terjadi pada ku. ? “Riana menyandar di kursinya, ia mengalihkan pandangan dari wajah Jagat. “Rian… ?“ Ujar Jagat lagi. Kembali Riana menatap Jagat. “Apa cinta ku benar-benar tidak pantas untuk kamu ?“ Seolah dia pria tiga puluhan.
           “Entahlah ? Sebenarnya tidak ada cinta yang tidak pantas sebab cinta adalah masalah hati tetapi di zaman sekarang tidak ada yang mau melihat hati, yang orang lihat adalah sisi luar kita di masyarakat, jadi jangan paksa aku Jagat.“
Jagat memejamkan matanya sesaat lalu terdengar helaan napas panjang.
           “Ya Tuhan…. Kenapa aku tidak di lahirkan sebelum Riana ?“ Jagat menatap Riana “Kau tidak bisa menerima aku hanya karna alasan itu ?“
           “Iya.“
          Walaupun jawaban itu terdengar ringan namun mampu meledakkan perasaan Jagat, Sakit. “Aku tidak akan putus asa, karena suatu saat kau akan menyadari kalau cinta ku tidak main-main. Akan aku buktikan pada dunia kalau sesuatu yang tidak mungkin apabila kita perjungkan maka akan menjadi mungkin.“
           “Jagat kamu itu sedang emosi….itu tidak baik, karena segala sesuatu apabila kita paksakan maka hasilnya tidak akan baik.“
           “Rian kamu tidak mengerti bagaimana perasaanku.“
           “Tapi suatu saat kau yang akan mengerti maka di saat itulah kau akan bersyukur dengan keputusan ku, percayalah.”
           “Aku tidak tau kapan itu akan terjadi tetapi yang pasti aku tidak mengerti kenapa aku bisa tergila-gila sama kamu, mungkin aneh sebab sebelumnya aku tidak pernah percaya dengan cinta pandangan pertama karna menurut ku itu mustahil, bagaimana tidak, karena biasanya seseorang menyukai orang itu karena mereka sudah sering bertemu dan mengendali sifat masing-masing.“
Riana tertawa kecil.
           “Aku baru tau kalau ada siswa SMU begitu fasih berbicara tentang cinta.“ Canda Riana dengan santai. Jagat kelihatan salah tingkah.
           “Apa kedatangan ku mengganggu jam istirahat kamu?“
           Riana menggeleng “Tapi yang pasti menyita waktu belajar kamu.“
           “Akan aku bayar nanti, apapun akan aku lakukan demi membuat mu bahagia,… aku…”
           “Tidak usah di teruskan.“ Potong Riana tanpa bermaksud menyinggung perasaan Jagat.
           “Baiklah, ini pertanyaan terakhir ku, Andai aku bukan pria tujuh belasan atau setidaknya seusia mu, apa kau akan menerima cinta ku ?“
           “Belum tentu juga.“
Jagat menatap Riana dan berpikir,  Berarti dalam posisinya yang sekarang ini belum tentu juga Riana benar-benar menolaknya.
           “Kenapa kau pandang aku seperti itu ?“
           “Aku semakin menyukaimu..”
           “Tapi aku berharap kau cepat pulang, itu lebih baik.“
           “Kenapa? Apa kalau aku lama-lama disini membuatmu takut akan jatuh cinta sama aku? Rian beri aku kesempatan, setidaknya untuk kita saling mengenal satu sama lain dan…”
           “Jagat jangan bahas lagi masalah ini oke,….” Riana memohon.
Jagat beranjak dari kursi dan melangkah kearah pintu depan untuk pulang, ia tidak tahan berlama-lama berhadapan dengan Riana karena bisa membuatnya gila.
           “Aku pulang.“
           “Hati-hati.“ Riana bermaksud mengantar, Jagat menoleh dan detik selanjutnya ia memeluk tubuh Riana sangat erat membuat Riana tak bisa melepaskan diri.
           “Jagat…. tolong lepaskan.“
Seolah tak mendengar Jagat pun berbisik di telinga Riana.
           “Tolong mengertilah, aku benar-benar mencintai mu. Apa kau tidak bisa merasakan apa-apa terhadap aku? Aku mohon pandang aku sebagai laki-laki bukan sebagai muridmu. Aku membutuhkan mu sayang….?“ Riana merasa semuanya terasa aneh, ia coba lepas dari pelukan Jagat. Akhirnya Jagat melepaskan pelukannya, ia menatap Riana. “Maafkan aku, aku tak bermaksud mempermalukan mu. Aku…a..ku..“ Jagat tak mampu meneruskan kata-katanya. Ia membuka pintu kemudian berlalu. Riana merasa syok dengan kelakuan Jagat. Pria itu sudah mengusap punggungnya dan mengelus rambutnya. Riana merasa dirinya begitu asing. Setelah menutup pintu ia duduk di ruang tamu, lama, dan coba memahami kenapa hal itu bisa terjadi. Terpikir olehnya untuk menelepon Adam tetapi ada acara favorit Adam di televisi, jika sudah begitu maka tidak ada yang boleh menggangunya.
           Riana ke belakang untuk membasuh mukanya dan siap ke pembaringan. Semalaman Riana berjuang untuk bisa memejamkan matanya, sepinya malam menjadi saksi kegelisahan dan kegundahan Riana. Apa yang sedang dan akan terjadi seperti sebuah misteri yang seakan-akan segera terbuka.
           Dua hari Jagat izin tidak masuk sekolah. Di hari ketiga Riana mengajar di kelasnya saat melihat absensi Jagat masih tertulis izin. ‘Kemana anak itu ?‘ Riana merasa tidak menentu, hatinya bertanya-tanya. Apakah rasa khawatir itu murni sebagai gurunya atau karena perisiwa malam itu? Untuk sesaat matanya tertuju ke meja kosong di pojok, ia merasa ada sesuatu yang aneh melanda perasaanya yaitu rasa kekosongan jiwa. Biasanya jika ada murid yang tidak masuk Riana akan bertanya kepada teman-teman si murid untuk mengetahui apakah si anak sakit atau sedang punya masalah. Tetapi untuk kasus Jagat, Riana merasa tidak sanggup untuk mengetahui kenyataan yang menimpa Jagat.
           Malamnya Riana bersama Adam makan di Restoran. Jika sedang santai Riana mengenakan celana jeans panjang tak ubahnya gadis lain. maka kalau tak mengenalinya tak ada yang tahu kalau dia seorang guru yang memiliki ribuan orang murid.
           “O…, jadi dugaan gue tentang anak baru yang menaruh perhatian sama lo itu benar ?“ Kata Adam setelah mendengar cerita Riana.
           “Adam….kapan sih dugaan lo tentang gue pernah meleset? Tiga hari ini anak itu tidak masuk sekolah, keterangannya izin.“
           “Kalo itu sih gue juga tau,“ Adam tersenyum “Gue jadi ragu mengajar di kelas itu, soalnya ada seorang murid yang menguasai Bahasa Inggris dari kecil tapi sebagai seorang guru rasanya tertantang juga. Mungkin omongan lo tempo hari ada benarnya, kalo sebagai manusia kita tidak boleh berhenti belajar.“
           “Kapan gue pernah ngomong seperti itu ?“
           “Ya ampun Riana….lo belum pikun kan? Oke deh, gue ngerti kalo lo masih mikirin si Jagat itu, lo tenang aja karena besok lo akan segera dapat informasinya, percaya sama gue.“
           “Kata-kata lo kayaknya yakin banget kalo gue suka sama tu anak.“
           “Hei…., lo itu bukan suka sama tu anak tapi lo jatuh cinta.“
           “Jatuh cinta ?“ Riana mengernyitkan alisnya karena ia sendiri lupa kapan terakhir kali jatuh cinta. Adam menyalakan rokoknya sembari tersenyum karena merasa tebakannya mengenai sasaran. Riana jadi ikut tersenyum “Kalo saja lo bawa cermin, lo bisa liat wajah  lo sedang memerah, kayaknya bukan saja merah tapi seperti pelangi.“
          “Konyol lo…” Riana melempar Adam dengan kentang goreng.“
           “Anak muda yang beruntung baru muncul sudah mencuri hati lo, setelah berhasil dia menghilang. Jangan-jangan kedatangannya ke sekolah ini cuma tuk menculik hati lo.“
           “Udahlah Dam.., kita sudah harus menggatikan topik pembicaraan.“ Riana meneguk minuman dinginnya.
           “Tetapi saat ini lo sedang tidak ingin topik yang lain.“
           “Jangan menghakimi gue kayak gitu dong. Mm..gue cuci tangan dulu ya.“ Riana berjalan ke wastafel, dalam hati ia membenarkan semua perkataan Adam. Adam memang lebih memahami dirinya seolah bisa melihat isi hati Riana. Itu yang Riana rasa, tetapi yang di lihat tak selalu benar dan itu yang sering di bicarakan orang.
          
           Pagi-pagi sekali Jagat sudah muncul di sekolah tanpa mengendarai mobil seperti sebelumnya tapi memakai motor. Boby yang di belakangnya berlari sembari berteriak.
           “Jagat tunggu!“ Panggilnya. Jagat berhenti dan menoleh ke Boby. Sesaat saja mereka bersisian. “Lo kemana aja sih? Lo di minta menghadap guru BP.“
           “Lho.. gue kan uda kasih keteranga izin karena ada hal penting.“
           “Iya tapi penting yang lo maksud itu gak jelas.“
           “Ya okelah…gue mungkin harus temui guru BP sebelum bel masuk.“
           “Gue anter ya..?“
           “Gak perlu bro..gini-gini gue juga da hafal struktur sekolah kita dari lantai 1 sampai lantai 3.”
           “He…” Boby berusaha menahan Jagat “Sebelum guru BP tau kasih tau gue dulu dong kemana lo tiga hari ini ?“
Jagat tertawa lalu mengcungkan jempolnya.
           “Melakukan hal yang positif.“ Dia meninggalkan Boby yang penasaran. Jagat sempat menoleh ke Boby “Cinta bro, demi cinta.“ Tambahnya kemudian.
           ‘Eh….mangkir 3 hari di kiranya bisa mendapatkan cinta? Dasar bule tanggung.’
Jagat bergegas ke ruang BP sambil mengingat posisi rungan itu, ia ingat tempatnya bersebelahan dengan ruang UKS. Di tangga ia berpapasan dengan Riana. Mereka saling pandang sesaat, tak bertemu 3 hari menciptakan bias kerinduan di mata mereka.
           “Hai…, ya Tuhan…maaf, selamat pagi Bu….” Jagat meralat sapaannya.
           “Pagi…” Riana tersenyum. Senyum itu mampu meruntuhkan hati Jagat tapi Riana tak ingin Jagat sampai tahu suasan hatinya yang gembira setelah melihat Jagat kembali ke sekolah.
           “Maaf bu..permisi..saya duluan” Jagat mengayunkan langkahnya begitu cepat tapi Riana masih sempat melihat punggung Jagat.
Jagat tak menyangka kalau guru BP nya seorang pria kira-kira berusia empat puluhan, berperawakan galak namun bicaranya sangat pelan.
           “Apa kamu bisa menjelaskan kemana saja kamu tiga hari ini? baru seminggu jadi siswa disini tapi sudah minta izin dengan alasan yang tidak jelas.“
           “Apa saya harus mengatakannya terus terang Pak?“
           “Tentu saja..makamya kamu di suruh kemari.“
           “Tapi apa Bapak mau berjanji untuk tidak menceritakannya ke siapapun?“
           “Heh! Sama siapapun ? “ Gurunya jadi bingung.“           
           “Iya Pak, sama siapapun.“
           “Kamu ini sebenarnya sedang bicara apa? Di sini kita bukan sedang membicarakan kesepakatan. Semua guru disini ingin tau alasan kamu, seharusnya ini urusan wali kelas kamu tapi karena dia ada urusan lain makanya kamu berhadapan dengan saya.“
           “Maaf  Pak, saya akan berterus terang jika Bapak mau berjanji dulu untuk merahasiakannya.” Kata Jagat setengah memohon.
           “Baiklah..Bapak janji.“
           “Terima kasih Pak…, tiga hari ini saya melamar kerja.“
           “Apa? Mencari kerja? “ Guru BP tambah bingung, sebab Jagat di matanya sama sekali tak terlihat dari keluarga yang kurang mampu “Dapat ?“
           “Iya.“ Jawab Jagat yang mulai rilek menjawab pertanyaan gurunya.
           “Dimana?“
           “Sebagai guru honor di SMP swasta mulai hari ini, jam kerjanya sore,“
           “Oh ya,, kalau begitu selamat.“ Gurunya mengulurkan tangan tanda kagum. Jagat menyambut jabat tangan dari gurunya dengan senang hati.
           “Terima kasih Pak, semoga Bapak tidak lupa dengan janji tadi.“
           “Kamu bisa pegang kata-kata Bapak, Tapi saya mau tau alasannya.“
           “Mmm.. “ Jagat ragu-ragu “ Yaa Cuma buat bekal sih Pak, tambah-tambah ilmu buat di hari tua.“
           “O kalau itu saya setuju sekali. Kamu orang pertama yang Bapak temui siswa yang tidak mengandalkan materi orang tua. Ya sudah…. sekarang kamu boleh kembali ke kelas mu.“
           “Terima kasih Pak.“ Jagat serasa ingin melompat kegirangan. Ia berjanji pada dira sendiri untuk meninggalkan kemewahan. Ia akan bekerja keras dan belajar untuk mendapatkan cinta Riana. Dia bersyukur bertemu dengan Riana yang belum menikah, mungkin Riana memang di ciptakan untuknya. Pikirnya.
           Kegiatan Jagat yang mengajar tercium oleh Mamanya. Dia tak sabar menunggu Jagat pulang. Di halaman yang bak taman itu Jagat mematikan mesin motornya. Sang Mama telah siap di ruang depan.
           “Selama malam Ma.“ Sapa Jagat seperti biasanya, bedanya saat itu sudah menunjukan pukul tujuh malam.
           “Jagat, setelah mandi temui Mama.“ Ujar Mamanya. Jagat menatap Mamanya yang terlihat serius “Kebetulan Papa dan kedua adik kembar mu sedang ke showroom.“
Jagat meletakan tasnya lalu menghampiri Mama.
           “Ada apa Ma? Jagat bisa menunda mandi kok. “
           “Kamu di sekolahkan bukan untuk menjadi seorang guru. “
           “Oh…itu?“
           “Mama serius!“
           “Jagat ngerti Ma tapi apa salahnya sih berbagi ilmu dengan adik-adik SMP? Ini juga Cuma tiga bulan kok, nanti juga Jagat akan cari kearjaan lain kok. “
           “Tugas kamu saat ini cuma sekolah belum waktunya untuk bekerja, kamu ini satu-satunya harapan keluarga kita yang harus jadi pengusaha atau seorang diplomat agar si kembar bisa mengikuti jejak mu.“
           “Mama….zaman sekarang pengalaman kerja itu sangat penting, di setiap lowongan kerja selalu di utamakan yang berapengalaman. Anggap aja Jagat sedang menimba pengalaman.“
           “Tidak. Mama tidak mau sekolah mu jadi terganggu.“
           “Jagat berjanji akan memberikan nilai terbaik buat Mama.“
           “Tapi Mama tidak mau melihat kamu bekarja saat ini, apa tabungan kamu kurang ?“
Jagat menghela napas panjang. Mama sudah memperlihatkan watak aslinya. Diktator.
           “Jagat yakin apa yang aku lakukan tidak akan kerugikan orang lain, termasuk Mama. “
           “Usia kamu bukan usia pekerja.“
           “Usia bukan patokan Ma, ratusan anak di bawah umur di Metropolitan ini bekerja siang dan malam.“
           “Kenapa kau samakan diri mu dengan mereka ?“
           “Bukan menyamakan tetapi sebagai perbandingan. Maaf Ma…Jagat harus mandi.“ Jagat meninggalkan Mamanya. Wanita itu geleng-geleng kepala, harapan agar anaknya menguasai lima Bahasa menjadi sirna karena kesibukan Jagat mengajar anak-anak SMP. Lima belas menit berikutnya Jagat pamit kepada Mamanya.
           “Mau kemana kamu? belum juga makan.“
           “Biasa Ma. malam mingguan. Jagat ada janji sama teman, dia ngajak makan di rumahnya.“
           “Makan dulu, jangan sembarangan makan di rumah orang. Kamu gak akan tau seberapa bersih makanan di rumah orang, nanti mengganggu kesehatan mu.“
           “Mama percaya aja sama Jagat.“
           “Ya sudah, aktifkan hp mu, hati-hati.“
Jagat mengagguk pasti, padahal ia sendiri lupa kalau hp nya tertinggal di kamar. Jagat mengendarai motornya ke rumah Riana. Sudah hampir sebulan sejak peristiwa malam itu dia tidak bicara empat mata dengan Riana. Beberapa minggu ini dia hanya bisa memandang Riana di depan kelas. Sementara di kelas Riana adalah mililk semua murid. Tapi malam ini Jagat hanya ingin mata Riana tertuju hanya kepadanya dan suara Riana hanya di dengar olehnya. Sampai di tempat Riana, Jagat harus menelan pil pahit sebab Riana sedang berduaan dengan Adam. Jagat ingin pulang tapi buru-buru di tahan Adam.
           “Masuklah…”
           “Maaf …Pak, saya tak punya maksud.“
           “Jika di luar jangan panggil Pak.“ kata Adam tanpa basa-basi. “gue sebenarnya baru aja mau pulang, ya kan Ri…?“
Riana tersenyum, ia dan Jagat bertatapan sekilas lalu ia menatap Adam. 

Bersambungggg.....>>>

Tidak ada komentar: